Sabtu, 17 September 2011

Mengapa Kita Sangat Perlu Mengeluarkan Racun dari Dalam Tubuh ?

(Detoks)?

Anda punya masalah sembelit, demam, flu, kelebihan berat badan, selulit, kadar kolesterol darah berlebihan, lesu kronis, penyakit/gangguan kulit, sindrom pramenstruasi, kehilangan gairah seks, penuaan dini, tumor, penyakit-penyakit degeneratif (hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, kadar usam urat berlebihan, dll.), serta penyakit-penyakit infeksi yang tak kunjung sembuh? Tahukah Anda bahwa akar dari masalah-masalah tersebut adalah karena adanya timbunan ampas tubuh Anda?


TOKSIN bukan hanya ampas dari makanan yang kita makan dan makanan-makanan yang tidak tercerna, tetapi juga bisa berasal dari zat makanan aditif, udara tercemar, bahan kimia seperti pestisida, logam berat dalam air minum, residu obat-obatan farmasi, dll. Bahkan pikiran dan emosi negatif juga merupakan racun bagi sel-sel tubuh kita. Semua ampas atau zat yang tidak diperlukan tubuh akan diperlakukan sebagai racun (toksin) atau penyakit.

Ampas atau toksin juga diproduksi secara alamiah oleh tubuh kita sendiri. Ini merupakan proses metabolisme sehingga tidak dapat kita hindari. Setiap hari di dalam tubuh terjadi pembelahan sel-sel baru. Sementara itu sel-sel yang sudah tua akan menjadi aus, mati, dan menjadi ampas.

Dalam kondisi normal, ampas akan dikeluarkan secara teratur setiap hari melalui sistem pembuangan tubuh. Buang air besar setiap hari bukan jaminan bahwa proses pembuangan kita normal. Jika salah satu atau beberapa masalah tersebut merupakan keluhan Anda, berarti pengeluaran ampas dari tubuh Anda belum optimal! Penyakit terjadi apabila proses pembuangan tidak optimal dan toksin mulai merusak jaringan organ-organ vital.

Dalam sejumlah hasil penelitian disebutkan kondisi racun berlebihan (toxicity) erat hubungannya dengan penuaan dini, menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit degeneratif (liver, jantung, diabetes, kanker, dll.), dan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Karena itu, racun harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Caranya, dengan detoksifikasi (detoks).

Apa itu detoks?
Detoksifikasi (detoks) adalah proses pengeluaran racun atau zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh. Puasa merupakan salah satu metode efektif detoksifikasi. Pembersihan dan detoks meningkatkan proses alamiah pengeluaran toksin dari dalam tubuh kita. Organ vital yang menjadi target dalam program pembersihan racun yang efektif adalah susu besar (pengeluaran) dan liver (detoksifikasi).

Hampir semua penyakit degeneratif dapat dihubungkan dengan kondisi keracunan dalam saluran usus (intestinal toxemia). Mengapa? Karena setiap jaringan dalam tubuh mendapatkan makanan dari darah, dan darah mendapatkannya dari usus. Setiap zat yang masuk ke dalam tubuh kita akan terserap ke dalam darah melalui dinding-dinding usus. Artinya, toksin yang berada usus juga akan ikut beredar bersama aliran darah sampai ke sel-sel di seluruh penjuru tubuh kita. Toksin-toksin inilah yang menyumbangkan terjadinya berbagai kondisi penyakit kronis, akut, dan degeneratif. Begitu juga menurunnya tingkat energi dan penuaan dini.

Mengapa perlu detoks?
Salah satu penyebab terbesar terjadinya tokxemia pada usus adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dimasak secara berlebihan atau diproses, yaitu makanan-makanan yang tidak memiliki enzim lagi. Juga kebiasaan lebih banyak makan makanan pembentuk asam, yaitu protein (hewani), pati, lemak. Terlalu banyak menyantap makanan sumber protein (hewani), pati, dan lemak mengakibatkan tubuh mengalami asidosis, yakni kondisi keasaman darah dan jaringan tubuh berlebihan.

Asidosis dapat menimbulkan peradangan pada berbagai jaringan dalam tubuh, menyebabkan butir-butir darah melekat satu sama lain, atau terbentuknya jejaring serabut-serabut halus (fibrin) dalam darah. Jejaring serabut-serabut ini yang memberi kesan seolah-olah darah menjadi pekat. Serabut-serabut ini mengakibatkan peredaran sel-sel darah terganggu, sehingga pasokan zat makan dan oksigen ke sel-sel jaringan tubuh lainnya terhambat.

Tubuh kita dikaruniai enzim-enzim yang diperlukan oleh berbagai fungsi metabolisme dalam tubuh dalam jumlah terbatas, termasuk proses pencernaan. Tubuh tidak akan menggunakan enzim-enzim ini apabila makanan yang kita makan masih memiliki enzim. Terus-menerus menggunakan enzim tubuh akan menghabiskan energi dan menyebabkan peradangan pada pankreas. Pankreas adalah organ vital yang memproduksi enzim-enzim pencernaan pada usus kecil. Gangguan pada pankreas menyebabkan pencernaan tidak lancar dan tubuh semakin banyak memproduksi ampas.

Usus besar tidak memiliki kemampuan untuk mencerna makanan. Tubuh akan memadatkan makanan yang tidak tercerna ke sepanjang dinding usus halus. Secara alami proses ini akan mengundang pengeluaran lendir dari sistem kekebalan tubuh yang ada pada dinding-dinding usus. Kondisi ini akan mengakibatkan sembelit (sulit buang air besar) dan penyumbatan pada saluran usus besar. Setelah beberapa waktu, kotoran ini akan membusuk dan menghasilkan gas beracun. Gas lebih mudah terserap melalui pori-pori halus pada dinding usus, mengalir dalam darah dan masuk ke sel-sel tubuh dan sewaktu-waktu siap menimbulkan penyakit.

Pembersihan besar-besaran alias detoksifikasi yang dilakukan secara berkala, perlu bagi tubuh kita. Selain untuk mengurangi ampas-ampas beracun dari dalam tubuh, tidak ada organisme pembawa penyakit atau virus yang tahan dalam tubuh yang bersih. Terapi detoks paling tua dan sudah ratusan tahun dilakukan oleh manusia adalah puasa. Dengan pola makan yang lebih sederhana dan alami saja, manusia dahulu sudah mengerti bahwa sekali waktu tubuh perlu detoks. Detoks seharusnya menjadi lebih penting bagi manusia modern dengan pola makan yang cenderung menimbulkan ampas lebih banyak dan penyumbatan-penyumbatan pada sistem tubuh.

Toksin mengakibatkan proses penuaan dan kerusakan lebih cepat pada seluruh sel tubuh. Waktu tidak ada hubungannya dengan penuaan. Penuaan atau proses degenerasi semata-mata adalah karena toksin dan dehidrasi yang kita tabung selama bertahun-tahun.

Manfaat detoks bagi tubuh dan kesehatan:
• Meremajakan sel-sel sehingga kulit pun menjadi bersih, sehat, kencang, dan lembut.
• Menurunkan kelebihan berat badan.
• Meningkatkan energi.
• Peningkatan indera penciuman, perasa, dan pendengaran.
• Pengeruta tumor (jika ada).
• Peradangan pada kelenjar getah bening hilang.
• Melancarkan peredaran darah dan getah bening.
• Memperbaiki daya ingat.
• Menghilangkan gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, kembung, dsb.
• Memperbaiki kadar gula darah dan tekanan darah.
• Memperbaiki fungsi liver dan ginjal.
• Meningkatkan daya tahan tubuh.

Bagaimana melakukan detoks?
Ada beberapa metode detoks yang sering dilakukan saat ini. Mulai dari yang alami seperti puasa hingga yang menggunakan suplemen herba atau obat-obatan tertentu. Program detoks yang baik harus dapat:
  • menormalkan pH (kadar keasaman) pencernaan
  • meringan beban fungsi enzim di pankreas
  • melancarkan kerja empedu dan mencairkan cairan empedu
  • mengurangi lemak dan penyumbatan pada liver
  • membangun flora usus
  • melancarkan pembuangan lendir dan ampas dari dinding usus agar penyerapan zat makanan menjadi lebih baik
  • membuang kotoran yang menyumbat saluran usus (catatan: penyumbatan pada usus dapat mengakibatkan kanker usus)
  • merangsang peristaltik usus agar pembuangan lebih lancar
  • membersihkan darah
  • membersihkan saluran kencing dan memperbaiki keseimbangan cairan tubuh
  • melancarkan peredaran getah bening
  • membuka pori-pori kulit
  • mengeluarkan lendir dari paru-paru serta melancarkan pernapasan
Biasanya perlu waktu 6 – 12 bulan untuk mencapai semua itu, dan juga sangat bergantung pada kondisi keracunan dan kedisiplinan setiap individu.

Metode detoks yang paling mudah dan aman adalah juice fasting, yaitu puasa menghindari makanan padat dan pembentuk asam, dan hanya mengkonsumsi jus buah segar sepanjang hari dalam porsi tertentu. Puasa ini aman bagi semua orang. Mereka yang menderita kanker stadium lanjut, diabetes, atau gagal ginjal harus di bawah pengawasan ahli.

Istirahat dan relaksasi sangat penting dalam program detoks. Jika masih sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas lainnya, sebaiknya tidak melakukan detoks. Laju metabolisme tubuh selama detoks akan menurun, begitu pula suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan saluran pernapasan. Ini merupakan proses alamiah karena tubuh akan melakukan penghematan energi dan sebagian besar energi akan lebih dikonsentrasikan untuk proses pembuangan racun.

Proses keluarnya racun juga menimbulkan reaksi tidak nyaman pada tubuh, yang secara medis dikenal sebagai gejala kemunduran (withdrawal symptoms). Beberapa gejala mirip dengan gejala sakit atau sakaw pada pemakai narkoba yang sedang menjalani program pembersihan. Sebaliknya, dalam paham pengobatan alami, gejala ini disebut krisis penyembuhan (healing crisis). Gejala ini biasanya muncul pada hari ke-3 sejak dimulainya program detoks. Gejala yang terasa biasanya hanya muncul satu hari saja. Kecuali gejala seperti flu (pengeluaran lendir melalui saluran pernapasan) biasanya berlangsung lebih lama.

Beberapa hari setelah itu kita mulai merasa tidak kelaparan lagi, walaupun adakalanya muncul gangguan seperti memikirkan makanan-makanan tertentu padahal perut sedang tidak lapar.

Krisis penyembuhan
  • Gejala demam atau flu
  • Diare atau sebaliknya, malah mengalami sembelit (sulit buang air besar). Jika terjadi sembelit, bisa dibantu dengan enema atau kolonhidroterapi/”cuci usus”.
  • Nyeri otot atau sendi
  • Sakit kepala atau migrain (umumnya pada perokok dan peminum alkohol)
  • Mual-mual atau kembung
  • Lesu
  • Banyak mengeluarkan riak atau lendir
  • Gatal-gatal atau berjerawat (jika sebelumnya mempunyai masalah dengan kulit
  • Napas bau dan muncul lapisan tebal pada permukaan lidah (dapat dikerok dan dibersihkan dengan sendok atau alat khusus pengerok lidah)
  • Mudah merasa kedinginan (karena suhu tubuh menurun)
  • Gangguan emosional (uring-uringan atau emosional)
Mekanisme detoks
Ada 2 mekanisme yang digunakan liver untuk mengeluarkan racun. Bagian pertama pada detoks, disebut fase 1, adalah mengubah toksin menjadi entuk yang larut lemak. Secara alamiah lemak akan segera mengikat toksin yang masuk ke dalam tubuh. Karena itu, toksin harus dilepaskan dulu dari jaringan lemak.

Bagian kedua, disebut fase 2, mengubah toksin menjadi bentuk yang larut air agar toksin dapat dikeluarkan melalui saluran usus dan urine. Dengan mekanisme ini, tidak akan ada racun yang tersangkut atau tertinggal pada jaringan, termasuk jaringan otak dan saraf pusat. Toksin akan keluar perlahan melalui aliran darah. Pada saat inilah biasanya gejala-gejala yang terasa seperti penyakit, yakni gejala krisis penyembuhan (healing crises) itu muncul.

Pada setiap fase yang harus dilalui, pelaksanaan detoks ini sebaiknya dibantu dengan makanan dan herba tertentu untuk menguatkan sel-sel organ vital dan kelenjar yang berperan pada proses detoks.

Dikutip dari tulisan Ibu Andang Gunawan, ADN, ND (Majalah NIRMALA Mei 2004) – sebagian kecil tulisan asli dibuang. Tulisan ini juga bisa diakses jika Anda begabung dengan milis FOOD_COMBINING_INDONESIA@yahoogroups.com
http://blog.khoulah-agency.com/?p=381#more-381

Tidak ada komentar:

Posting Komentar