Vitamin B1 yang defiseinsinya dikaitkan dengan penyakit beri-beri, ditemukan pada kulit beras oleh Eijkman pada tahun 1897, pada waktu ia bertugas sebagai dokter militer di Jawa (Indonesia). Vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim (membantu kerja enzim) penting dalam sistem metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi dari karbohidrat, lemat dan protein. Selain itu, vitamin B1 yang dikenal pula sebagai morale vitamine karena mempunya efek yang menguntungkan pada sistem saraf pusat serta sikap mental, juga membantu fungsi normal saraf pinggir, otot dan jantung.
Kekurangan vitamin B1 sering terjadi pada usia lanjut, dengan grjala munculnya gangguan sistem pencernaan yang berupaya penyerapan buruk, sembelit (konstipasi), peka atau tak tahan bahan makanan tertentu, dan hilangnya nafsu makan. Juga muncul sebagai gejala gangguan saraf berupa penurunan daya ingat, gelisah, dan mati rasa pada tangan dan kaki. Selain itu, menjadi sangat peka terhadap rasa nyeri, koordinasi tubuh buruk dan lemah.
Kekurangan vitamin B1 sering terjadi pada usia lanjut, dengan grjala munculnya gangguan sistem pencernaan yang berupaya penyerapan buruk, sembelit (konstipasi), peka atau tak tahan bahan makanan tertentu, dan hilangnya nafsu makan. Juga muncul sebagai gejala gangguan saraf berupa penurunan daya ingat, gelisah, dan mati rasa pada tangan dan kaki. Selain itu, menjadi sangat peka terhadap rasa nyeri, koordinasi tubuh buruk dan lemah.
Sumber dari makanan : paling banyak ditemukan pada beras dan gandum utuh (terutama beras merah), kuning telur, ikan, kacang-kacangan dan polong-polongan.
Penggunaan : untuk memelihara fungsi syaraf, mengoptimalkan aktivitas kognitif dan fungsi otak, membantu proses metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan mengatur sirkulasi serta fungsi darah. Dosis RDA 1-1,5 mg sehari, terapi 30-100 mg sehari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar